Sarjana Jurusan Jurnalistik alumnus King
Abdul Aziz Universiti, Jeddah, itu tak hanya istimewa karena lulus
dengan predikat cum laude. Ada kelebihan lain yang membuatnya mendapat
penghargaan langsung dari Gubernur Makkah dan Wilayah Barat Amir Khalid
bin Faishal. Ammar Haitsam Bugis, wisudawan itu, adalah seorang pemuda
yang mengalami kelumpuhan total sejak bayi berusia dua bulan.
Ammar Bugis dilahirkan di Amerika Serikat
tanggal 22 Oktober 1986 dalam keadaan normal, ketika berusia dua bulan
mengalami kelumpuhan total. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa
umur Ammar tidak akan lebih dari dua tahun. Saat kecil, hanya kedua mata
dan lidah Hitsam yang bisa bergerak. Ucapannya juga kurang jelas bila
berbicara.
Untuk berjalan, ia harus didorong oleh
pendampingnya dalam kereta bayi. Meski demikian, itu tidak
menghalanginya untuk tetap terus menimba ilmu pengetahuan dan melawan
segala rintangan dan tantangan. Waktu kecil ia sekolah di Amerika,
sampai kelas tiga SD di sekolah umum bersama anak-anak yg normal
fisiknya dan nilai raportnya istimewa.
Saat sekolah di Amerika, Ammar
mendapatkan perlakuan yang baik dari pihak sekolah. Karena kondisi
fisiknya yang cacat dan kesehatannya yang sering terganggu, Ammar sering
tidak masuk sekolah. Pihak sekolah memakluminya dan mengutus guru wali
kelas ke rumah Ammar untuk mengajar Ammar pelajaran yang tertinggal.
Selain itu pihak Sekolah juga menemui ayah Ammar yg sedang mengambil
program Doktor di Amerika, memberikan masukan kepada Ayah Ammar jangan
sampai memberhentikan atau melarang Ammar berangkat ke Sekolah.
Hal lain lagi yang menarik, dalam
pelajaran olah raga Ammar tidak bisa mengikuti olah raga bersama
teman-temannya, pihak sekolah menyiapkan alat-alat fisioterapi di
sekolahnya untuk Ammar berolah Raga sekaligus sebagai bentuk pengobatan
dan dipandu oleh seorang ahli fisioterapi.
Selama Ammar belajar di Sekolah ada
seorang pemandu khusus untuk menemani Ammar yang disediakan oleh pihak
Sekolah selama di sekolah. Ketika Ayahnya selesai dari studi S3 nya dan
pulang ke Jeddah – Saudi Arabia, keluarganya tidak mendapatkan sekolah
yg mau menerimanya dg alasan ia anak lumpuh yg tidak normal, sekolah
tidak mampu untuk memberikan perhatian khusus kepadanya.
Ammar disarankan untuk belajar di Sekolah
Luar Biasa. Ammar tetap ingin belajar di sekolah umum dengan anak-anak
yang normal. Dari kecil Ammar merasa saya tidak ada bedanya dengan
anak-anak yang normal, saya yakin bahwa saya mampu melakukan apa-apa
yang mereka lakukan seperti belajar di sekolah yang formal. Ammar tidak
ingin dikasihani orang lain.
Akhirnya kakek Ammar dapat meyakinkan
salah satu kepala sekolah dan diperbolehkan belajar di rumah (Home
Schooling) dan saat tes datang ke sekolah mengikuti ujian. Alhamdulillah
Ammar berhasil sampai lulus SMA dengan nilai raport rata-rata 96 dari
nilai 100. Cara Ammar belajar, cukup pendamping Ammar dari pihak
keluarga menyiapkan buku pelajaran dan diletakkan di samping Ammar
sambil berbaring ia membaca sendiri buku pelajaran, jika sudah selesai
dua halaman maka pendamping Ammar membalikkan lembaran kertas di buku ke
halaman berikutnya, begitu sampai selesai Ammar membaca buku.
Allah berikan kekuatan Hafalan yang luar
biasa, Masya Allah. Ammar melanjutkan kuliah di King Abdul Aziz
Universiti di Jeddah jurusan Jurnalistik. Ammar minat dengan dunia
jurnalistik dan ingin membuktikan bahwa orang yang cacat secara fisik,
orang yang berkebutuhan khusus mampu untuk sukses di berbagai bidang.
Meskipun diawal mula kuliah mendapatkan tantangan dari sebagian dosen
yang menganggap akan merepotkan civitas akademika. Ia tetap berjuang dan
sabar menghadapi segala sikap yang tidak mengenakkan dan menyakitinya.
Pernah suatu saat ketika Ammar menuju
kelas di kampus, dosen yang akan mengajar di kelas juga berjalan menuju
Aula, ketika melihat Ammar, dosen itu menyegerakan langkah kakinya
mendahului Ammar masuk kelas dan segera mengunci pintu kelas. Pendamping
Ammar segera mengetuk pintu kelas tapi dosen tersebut tidak membukakan
pintu.
Meski banyak tantangan, akhirnya Ammar
berhasil mendapatkan nilai IP 4,84 dari maksimal angka 5. Dan berhasil
sampai lulus dengan nilai istimewa juga mendapat rangking pertama. Pada
usia 13 tahun, Ammar sudah hafal Al Quran 30 juz, yang ia hafal dalam
dua tahun. Cita-cita jadi wartawan pun terwujud saat ia diterima sebagai
jurnalis di harian “Al Madinah” di Jeddah selama lima tahun.
Kini Ammar juga jadi jurnalis di Harian
Ukadz, Riyadh. Ia meliput berita Sepak Bola dan menulis di kolom
Kemasyarakatan. Suatu hari, Seorang Putera Mahkota Dubai bernama Hamdan
bin Muhammad bin Rasyid Al Maktum dijuluki Fazza’, sempat melihat film
Ammar di You Tube. Setelah itu, ia mengundang Ammar ke Dubai. Ammar
ditanya apa keinginannya. Ammar ingin menjadi dosen dan ingin
melanjutkan S2. Putera Mahkota memenuhi keinginan Ammar untuk menjadi
dosen dan memberikan bea siswa untuk Ammar melanjutkan S2 nya di Dubai.
“Ketika saya melihat tayangan film
tentang anda, saya merasa rendah dan belum berbuat sesuatu amal pun.
Wahai Ammar selama saya masih diberi Allah umur panjang maka saya akan
terus mendukungmu sampai salah satu dari kita berdua menemui ajalnya”,
kata pangeran Dubai itu haru. Kisah hebat Ammar Bugis juga telah
dibukukan dalam judul “Qohir Al Mustahil” (Penakluk Kemustahilan). Buku
yang inspiratif dari kisah nyata Ammar Bugis sang penakluk kemustahilan.
Fariq Gasim Anuz
0 komentar:
Posting Komentar